Wednesday, December 18, 2013

Kisah Si Tukang Pancung Kepala di Arab Saudi

Hukum Qisas telah dijatuhkan kepada seorang pesalah yang telah dijatuhi hukuman termasuklah pancung kepala, memotong tangan dan sebagainya. Qisas sudah banyak diketahui umum, namun bagaimana kehidupan orang yang menjalankan hukuman qisas, tidak banyak yang mengetahuinya. Salah satu yang pernah diceritakan adalah kisah dari Muhammad Saad al-Beshi.

Di Arab Saudi, nama Beshi cukup terkenal. Maklum saja, lelaki yang berusia sekitar 50an ini merupakan seorang pemancung kepala berpengalaman yang telah dilantik secara khusus oleh pemerintah Arab Saudi. 

Beshi telah dilatih menjadi tukang pancung sejak 1998, mengaku bangga dengan pekerjaannya itu.  Bukan perkara yang menakutkan baginya meskipun harus menjalankan perintah memenggal kepala para pesalah yang dihukum mati, tidak terkecuali dari kaum wanita.

“Saya memang menentang kekerasan terhadap perempuan. Namun, jika semua perintah (pancung kepala) datang nya dari Allah, saya harus melaksanakannya. Saya harus bersedia untuk melakukan pekerjaan ini demi Tuhan,” ujar Beshi seperti tersiar di harian Arab News.


Berdasarkan hukum Islam yang berlaku di Arab Saudi, hukuman mati akan dijatuhkan kepada penjenayah yang membunuh, memperkosa, penyeludup dadah, dan rompakan bersenjata.

Selain diminta menjalankan hukuman pancung, tidak kurang juga Beshi diminta menjalankan hukuman tembak mati terhadap tahanan perempuan. “Semua tergantung permintaan. Kadang mereka menyuruh saya menggunakan pedang, ada kalanya dengan senjata api. Namun, selalunya saya memakai pedang,” ujarnya.

Ketika diwawancara, ketika itu, Beshi bekerja sebagai di penjara Taif. Di antara tugasnya di sana, ia harus menggari dan menutup mata tahanan yang menghadapi hukuman mati. Pernah dalam sehari dia memenggal 10 kepala pesalah yang dijatuhi hukuman mati.

Betapa kuatpun mental Beshi, Namun dia mengakui bahawa ketika pertama kali menjadi pemancung kepala di Jeddah, dia merasa sangat gugup. Kerana terlalu ramai orang yang menyaksikan hukuman tersebut dijalankan. Namun, kini Beshi telah mampu mengatasi 'rasa gugupnya'.

“Tahanan saat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan sekali tebas pakai pedang, saya memisahkan kepalanya, yang jatuh berguling beberapa meter jauhnya,” kenang Beshi tentang tugas memancung kepala pertama yang dilakukannya.

Masa itu, banyak saksi yang muntah selepas menyaksikan hukuman tersebut. Beshi mengaku tidak tahu mengapa mereka ikut menyaksikan “peristiwa ngeri” itu jikalau mereka tidak mampu melihatnya.

Meskipun menjadi pemancung nombor satu di negaranya, Beshi menyebut tidak ada orang yang takut kepadaya. “Saya tetap memiliki banyak saudara dan rakan taulan, terutama di masjid. Saya juga memiliki kehidupan normal seperti kebanyakan orang. Tidak ada masalah dengan kehidupan bersosial saya,” tegasnya.

Pedang yang digunakannya merupakan hadiah dari pemerintah Arab Saudi. dia akan selalu mengasah mata pedangnya agar tetap sentiasa tajam. Bahkan anak-anaknya selalu membantunya membersihkannya.

“Banyak orang telah terhukum dengan ketajaman pedang ini, yang akan memisahkan kepala dari badannya,” ujar Beshi berseloroh.

Beshi tidak mahu mendedahkan berapa upah dia yang dibayar pemerintah kerana pekerjaan tersebut karena hal itu merupakan janji dengan pemerintah yang harus dirahasiakan. Namun, dia menekankan bahawa gaji tidaklah penting. “Saya sudah merasa bangga dapat menjalankan perintah Allah” tegasnya.

Meskipun begitu, Beshi menyebut harga sebuah pedangnya sekitar 20.000 Riyal (sekitar RM 17 hingga 18,000.00). Sebelum melaksanakan tugasnya, Beshi selalu akan menemui keluarga mangsa kejahatan, dan meminta agar mereka memaafkan pesalah yang akan dihukum. Dan ketika berada di tempat pemancungan, satu-satunya bicara Beshi dengan mereka yang bakal menjalani hukuman hanyalah meminta beliau terus membaca kalimat syahadat sehingga detik-detik terakhir kepalanya dipancung.

“Ketika masuk ke dalam tempat hukuman pancung, ketabahan para tahanan seolah menjadi runtuh. Lalu saya membaca perintah hukuman yang akan dijalankan,  dan setelah semua prosedure selesai saya akan memancung kepala mereka yang dijatuhi hukuman” sambungnya. 

Sebagai senior di bidang ini, Beshi juga diminta untuk melatih kader-kader untuk masa akan datang sebagai penggantinya. Dia kini sedang melatih anak lelakinya Musaed untuk menjadi sepertinya. “Saya berjaya melatih anak saya sebagai seorang pemancung kepala. Dia menerimanya, dan bahkan sudah terpilih untuk menggantikan saya suatu ketika nanti,” ujar Beshi lagi.

Biasanya latihan yang dijalankannya adalah bagaimana cara memegang pedang dan tempat di mana mengayunkan mata pedang tepat ke sasaran. Disamping itu juga dia harus melakukan pemenggalan untuk memotong tangan atau kaki pesalah yang terbukti mencuri. 
“Saya akan menggunakan pisau khusus yang sangat tajam untuk hukuman tersebut dan tidak menggunakan pedang. Ketika mengiris, saya memulainya dari tulang sendi agar mudah terputus,” katanya.


Tugas yang digalasnya sememangnya dianggap “menyeramkan”, namun Beshi tetap memiliki kehidupan yang normal. Ayah dari tujuh anak ini mengaku sebagai ketua keluarga, Beshi sangat menyayangi keluarganya. Ketika dilantik oleh pemerintah Saudi sebagai tukang pancung, Beshi sudah berkahwin.

Beshi beruntung kerana tidak menjadi masalah kepada isterinya tentang profesion pilihan Beshi ini. “Dia hanya menyuruh saya agar selalu berhati-hati” katanya.

Meski demikian, Beshi bersyukur, isterinya tidak takut dengan dirinya. "Keluarga saya terbina dengan penuh kasih sayang dan cinta. Mereka tidak takut meskipun saya baru pulang dari menjalankan hukuman pancung. Bahkan mereka pula akan membantu saya membersihkan pedang,” katanya penuh kesyukuran.

sumber harian arab news



1 comment:

Irfa said...

MMG NGERI BACA TP DAH TUGAS DIA