Saturday, December 7, 2013

IKHTIAR DOA PENYEMBUH PENYAKIT - BISMILLAH 5





BISMILLAH 5

PELAJARI MEMBACANYA MENGIKUT EJAAN YANG SEBENARNYA, ADAPUN BACAAN DIDALAM TULISAN RUMI INI DITAKUTI TIDAK BERAPA TEPAT DAN MEYALAHI MAKNA

1  -  Bismillahir Rahmanir Rahiim


2  -  Bismillahish Shaafii

3  -  Bismillahil Kaafii

4  -  Bismillahil Mu’aafii

5  -  Bismillahil ladzhi laa ya dhurru ma’as mihi syai un fil ardhi wala fis sama’i wa huwas samii’un ‘alim

MAKNANYA

1  -  Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

2  -  Dengan nama Allah Yang Menyembuhkan

3  -  Dengan nama Allah Yang Mencukupkan

4  -  Dengan nama Allah Yang Memberikan kesihatan yang baik

5  -  Dengan nama Allah yang tidak memberi kemudaratan dengan namanya akan sesuatu pun di dunia dan di langit dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

ANTARA FUNGSI BISMILLAH 5 INI


  • penawar bisa
  • penawar kepada penyakit bisa-bisa tulang
  • penawar bisa-bisa badan
  • penawar bisa batu merian
  • boleh digunakan untuk mengubati sakit yang tidak diketahui puncanya
  • ketika urat di tengkok kejang
  • sakit perut di jalanan (terutama bagi orang cacat yang susah untuk buang air besar di tandas-tandas awam, di mana memerlukan tandas khas)
  • ketika pening


Subhanallah - Jarum Halus tertanam di kepala keluarkan dengan ayat Allah
Oleh Sheikh Omar Ahmed - KLIK UNTUK LIHAT VIDEO


CARA MENGAMALKAN BISMILLAH 5

  • letakkan tangan di tempat yang sakit, tarik nafas, baca Bismillah 5 tujuh kali kemudian tiup tempat yang sakit,


  • Dibaca sebanyak mungkin dan dituip kedalam air tawar, kemudian diminum


  • Kalau tempat sakit itu tidak boleh diletakkan tangan kerana sakit atau sukar untuk meletakkannya,  letakkan tangan di anggota lain dengan memberi penumpuan hati dan perasaan bahawa tempat tersebut adalah anggota yang sakit.



BERUBAT KETIKA SAKIT, APAKAH BERTENTANGAN DENGAN TAWAKAL?

Keimanan dan keyakinan bahwasannya yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah semata bukan berarti menjadi penghalang seorang hamba untuk mengambil sebab kesembuhan dengan melakukan pengobatan.

Terdapat banyak hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah untuk berubat dan penyebutan tentang obat-obat yang bermanfaat. Hal tersebut tidaklah bertentangan dengan tawakal seseorang kepada Allah dan keyakinan bahwasanya kesembuhan berasal dari Allah Ta’ala.

Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ
Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim 2204)

Dalam hadits yang lain dari sahabat Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً
Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya” HR Bukhari 5354).

Disebutkan pula dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya, dari Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : “Aku berada di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang seseorang dan berkata : “ Ya Rasulullah, apakah aku perlu berubat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda :

نَعَمْ يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غير داء واحد قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُوَ قَالَ الْهَرَمُ
“Ya. Wahai hamba Allah, berubatlah ! Sesungguhnya  Allah tidak memberikan penyakit, kecuali Allah juga memberikan obatnya, kecuali untuk satu penyakit. Orang tersebut bertanya : “Ya Rasulullah, penyakit apa itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Penyakit tua”

Dalam riwayat lain disebutkan :

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُشِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ
“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya. Ada orang yang mengetahui ada pula yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad 4/278 dan yang lainnya, shahih)

Hadits-hadits di atas mengandung penetapan antara sebab dan pemberi sebab, serta terdapat perintah untuk berubat, dan hal tersebut tidaklah meniadakan tawakal seseorang kepada Allah. Hakekat tawakal kepada Allah adalah bersandarnya hati kepada Allah dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindar dari mudharat baik perkara dunia maupun akhirat.

Penyandaran hati tersebut harus disertai juga dengan mengambil sebab. Seperti halnya untuk menghilangkan rasa lapar dan haus dengan makan dan minum tidak meniadakan iman dan tawakal, demikian pula menghilangkan sakit dengan berubat juga tidak meniadakan tawakal seorang hamba. 

Bahkan tidak sempurna hakikat tawakal seseorang sehingga dia mengambil sebab yang diperbolehkan secara syar’i maupun kauni. Tidak mengambil sebab dalam bertawakal adalah cacat dan celaan terhadap tawakal itu sendiri.

Dalam sabda Nabi (لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ) merupakan penguat motivasi bagi orang yang sakit maupun doktor atau orang yang memberikan pengobatan, sekaligus dorongan untuk mencari pengobatan. Termasuk  petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau berubat untuk diri beliau sendiri, dan juga memerintahkan keluarga dan sahabatnya untuk berubat ketika sakit. Silakan melihat petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih luas dalam pembahasan dalam pasal “ At Tibbun Nabawi” dalam kitab “Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad”  karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullah.

Wallahu a'lam








No comments: